Rabu, 22 Juni 2011

kisah nabi shaleh a.s


Tempat Tinggal Kaum Tsamud dan Tuhan-tuhan Mereka
Al-Qur’an tidak menjelaskan tempat tinggal kaum Tsamud, tetapi firman Allah menjelaskan, "Dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah."
Qs. 89 : 9
Jadi tempat tinggal mereka daerah di pegunugan batu. Yang dimaksud lembah oleh ayat ini ialah lembah al-Qura. Di lembah inilah mereka tinggal. Kebanyakan ahli sejarah menentukan desa al-Hajr sebagai perkampungan kaum Tsamud. Mereka menyebutkan bahwa di sana ada sebuah sumur yang dinamakan sumur Tsamud. Rasul saw pernah mendatangi sumur itu pada waktu Perang Tabuk, dan melarang sahabat-sahabatnya meminum air dan memasuki rumah-rumah di kampung itu.
Kaum Tsamud adalah penyembah berhala, antara lain Wad, Jad, Had, Syams, Manaf, Manaat, al-Lata dan sebagainya.

Dakwah untuk Beribadah kepada Allah
Allah mengutus Nabi bernama Shalih kepada kaum Tsamud untuk mengajak mereka beribadah kepada Allah dan meninggalkan penyembahan patung-patung (berhala-berhala). Firman Allah, "Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shalih. Shalih berkata, ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."
Qs. 11 : 61

Kemewahan yang Menghancurkan
Kaum Tsamud membohongkan Nabi yang diutus Allah, menolak ajakannya untuk beribadah kepada Allah, bertakwa dan mengesakan-Nya. Padahal ia Rasul yang dapat dipercaya dan tak mengharapkan upah dalam menyampaikan ajarannya.
Kebiasaan kabilah Tsamud bergemilang dalam kemewahan material antara lain dalam masalah makanan, minuman dan tempat tinggal dengan gedung-gedung yang menjulang kokoh. Sehingga mereka ingkar terhadap Nabi Shalih.
"Kaum Tsamud telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka, Shalih berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang Rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam. Adakah kamu akan dibiarkan tinggal di sini (di negeri kami ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanaman-tanaman dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. Dan kamu pahat sebagian gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku, dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan."
Qs. 26 : 141-152
Selanjutnya Shalih berkata kepada mereka, "Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Ad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunung untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajelela di muka bumi membuat kerusakan."
Qs. 7 : 74

Kaum Tsamud Minta Bukti Mu’jizat
Kaum Tsamud tidak mau percaya terhadap nasihat-nasihat Shalih. Bahkan sebaliknya, mereka menuduh bahwa Shalih terkena sihir yang mengganggu pikirannya. Sehingga dengan pengaruh sihir itu, ia mengaku sebagai utusan Allah. Mereka menuntut Shalih menunjukkan mu’jizat bila ia benar-benar Rasul Allah. Kemudian Shalih mendatangkan seekor unta yang diciptakan Allah dari tengah-tengah gurun pasir kepada mereka, dan memerintahkan agar jangan mengganggu, menghina, mengusir, menunggangi atau menyembelih unta itu. Allah menyediakan air minum unta itu pada hari yang telah ditentukan, dan untuk kalian disediakan air minum pada hari yang lain. Allah mengancam akan menyiksa mereka apabila berbuat jahat terhadap unta itu. Keselamatan mereka tergantung pada keselamatan unta itu pula. Firman Allah:
"Mereka berkata, ‘Sesungguhnya kamu adalah seorang dari orang-orang yang terkena sihir. Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, maka datangkanlah sesuatu mu’jizat, jika kamu orang-orang yang benar.’ Shalih menjawab, ‘Ini seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air, dan kamu mempunyai giliran pula untuk mendapatkan air di hari yang tertentu. Dan janganlah kamu sentuh unta betina itu dengan suatu kejahatan yang menyebabkan kamu akan ditimpa adzab yang besar’."
Qs. 26 : 153-156
Firman Allah, "Sesungguhnya Kami akan mengirimkan unta betina sebagai cobaan bagi mereka, maka tunggulah (tindakan) mereka dan bersabarlah. Dan beritakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka (dengan unta betina itu), tiap-tiap giliran minum dihadiri (oleh yang punya giliran)."
Qs. 54 : 27-28

Berkobarnya Permusuhan
Unta itu tetap berada di antara mereka beberapa lama, memakan tumbuh-tumbuhan dan diberi minum pada hari-hari tertentu dan tidak diberi minum pada hari yang lain. Tidak dapat disangkal lagi bahwa berdirinya unta seperti semula, tidak mengalami perubahan. Hal itu mengakibatkan banyak orang yang cenderung untuk mengikuti Shalih, karena hal itu merupakan tanda kebenaran kenabiannya. Keadaan seperti itu mengejutkan para pemimpin sehingga mereka takut kalau negerinya hancur dan hilang kekuasaannya. Maka mereka bertekad membunuh unta betina itu pada malam hari, dan mereka menganggap Shalih dan orang-orang yang beriman kepadanya sebagai musuh.
Shalih sudah merasa kalau mereka akan berbuat jahat pada malam hari, maka ia berkata, ‘Hai kaumku, kenapa kalian mempercepat datangnya adzab yang telah dijanjikan sebelum kalian melakukan taubat? Bukanlah lebih baik minta ampun kepada Tuhanmu, agar kalian dikasihi?’ Akan tetapi mereka membantah, ‘Kami benci kepadamu dan orang-orang yang beriman kepadamu, karena kami bernasib malang sejak engkau berdakwah kepada kami.’ Shalih menjawab, ‘Tidak ada yang perlu dimusuhi, karena sebab-sebab kebaikan dan keburukan itu datangnya dari Allah. Sebenarnya Allah sedang mencoba kalian dengan kepedihan itu, agar kalian mau beriman.
Firman Allah, "Dia berkata, ‘Hai kaumku mengapa kalian minta disegerakan keburukan sebelum (kamu minta) kebaikan? Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.’ Mereka menjawab, ‘Kami mendapat nasib yang malang, disebabkan kamu dan orang-orang yang besertamu.’ Shalih berkata, ‘Nasibmu ada pada sisi Allah, (bukan kami yang menjadi sebab), tetapi kamu kaum yang diuji’."
Qs. 27 : 46-47
Para pemimpin yang bersikap sombong mencela orang-orang Mu’min, dan menyebut mereka sebagai orang-orang lemah karena mereka beriman kepada risalah Shalih. Firman Allah, "Pemuka-pemuka yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka, ‘Tahukah kamu bahwa Shalih di utus (menjadi Rasul) dari Tuhannya?’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu yang Shalih diutus untuk menyampaikannya’. Orang-orang yang menyombongkan diri berkata, ‘Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu’."
Qs. 7 : 75-76

Pembunuhan Unta
Pemimpin-pemimpin tidak tahu melihat sikap orang-orang Mu’min dan adanya unta di tengah-tengah mereka. Mereka beranggapan bahwa unta yang berbadan besar itu bisa menakut-nakuti ternak mereka. Oleh karena itu, unta tersebut perlu dibunuh agar ternak mereka tidak ketakutan. Di samping itu air persediaan minumnya bisa dimanfaatkan pada saat yang sangat mendesak. Dan yang lebih menggelisahkan mereka, orang-orang Mu’min bertambah banyak dengan adanya unta itu. Itu semua yang mendorong mereka untuk membunuh unta betina dan ingin mencoba kebenaran ancaman Nabi berupa siksaan, apabila mengganggu unta betina itu. Kemudian mereka memberanikan diri membunuh unta betina itu dengan tidak memperdulikan akibatnya sama sekali. Bahkan menentang Nabi untuk segera mendatangkan adzab yang dijanjikan, agar mereka dapat percaya bahwa dia adalah Rasulullah.
Setelah mereka menerjang larangan Allah itu, Shalih memberitahukan bahwa adzab pasti akan datang tiga hari kemudian. Firman Allah, "Kemudian mereka sembelih unta itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan. Dan mereka berkata, ‘Hai Shalih datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah).’"
Qs. 7 : 77
Firman Allah, "Mereka membunuh unta itu, maka berkata Shalih, ‘Bersukarialah kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah janji yang tidak dapat didustakan’."
Qs. 11 : 65

Kesepakatan Membunuh Shalih
Di antara kaum Tsamud terdapat 9 (sembilan) orang laki-laki yang sangat kufur dan berlebih-lebihan dalam membuat kerusakan di dunia. Mereka bersepakat untuk membunuh Shalih. Mereka bersumpah kepada Allah, untuk menyerang Shalih dan keluarganya pada malam hari dan membunuh mereka secara rahasia. Jika pendukung dan kerabatnya kemudian menuntut pertanggungjawaban atas pembunuh mereka akan memungkiri tindakannya. Untuk memperkuat penolakannya, mereka akan mengatakan tidak menyaksikan terjadinya pembunuhan dan tidak campur tangan dalam masalah itu.
Firman Allah, "Dan mereka pun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. Maka perhatikanlah betapa sesungguhnya akibat makar mereka itu, bahwasanya Kami membinasakan mereka dan kaum mereka semuanya. Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan runtuh disebabkan kezhaliman mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu (terdapat) pelajaran bagi kaum yang mengetahui."
Qs. 27 : 48-52

Kehancuran Kaum Tsamud
Kehancuran kaum Tsamud adalah karena sambaran petir sesuai firman Allah, "….maka mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya lalu mereka disambar petir sedang mereka melihatnya."
Qs. 51 : 44
Petir adalah tenaga listrik yang terjadi karena pertemuan partikel listrik (+) yang disebut proton dengan partikel listrik (-) yang disebut electron dekat dengan bumi, maka akan menimbulkan gaya listrik yang dekat dengan partikel listrik (+) yang ada di bumi. Kalau pertemuan proton dengan electron itu pada pohon-pohonan atau manusia, maka benda itu akan terbakar. Apabila mengenai batu, maka batu tersebut pecah. Demikian pula apabila mengenai gedung ia akan hancur.
Kehancuran benda yang terkena sambaran petir itu tergantung kepada besarnya tenaga listrik yang ditimbulkan oleh proton dan electron tersebut. Al-Qur’an menyebutkan bahwa as-Shaiqah kadang-kadang diibaratkan dengan ar-Rajfah, at-Thaghiyah, dan as-Shaidah. "Dan satu suara keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zhalim.…"
Qs. 11 : 67
Firman Allah, "Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa."
Qs. 69 : 5
Yang dimaksud dengan kejadian luar biasa itu ialah petir yang amat keras yang menyebabkan suara mengguntur dan dapat menghancurkan. Firman Allah, "Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka."
Qs. 7 : 78
Karena as-Shaiqah menimbulkan suara mengguntur, maka itulah yang dimaksudkan dengan sebutan as-Shaiqah, dan petir itu juga menimbulkan guncangan, bagaikan terjadinya gempa yang mengguncangkan hati. Sehingga disebut pula ar-Rajfah, karena lalu terjadi di suatu tempat suaranya akan mengguntur sampai ke tempat lain.
As-Shaiqah yang disifati oleh al-Qur’an dengan bermacam-macam ibarat menunjukkan pengertian yang mendalam bagi akibat yang ditimbulkan, pengaruh suaranya dan kejadiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar