Jumat, 22 Juli 2011

10 pemain terbaik bulutangkis indonesia




Salah satu fenomena yang terjadi saat ini adalah munculnya berbagai lembaga Survey. Aktivitas survey di tengah masyarakat lebih banyak mengusung tema politik seperti Pilkada dan pemilu serta survey yang berhubungan dengan rating acara televisi. Salah satu acara televisi swasta nasional, Metro TV melalui programnya Metro 10 mengambil tema berbeda pada salah satu episodenya. Pada edisi 17 November 2008, Metro 10 menayangkan survey pendapat masyarakat tentang 10 atlet bulutangkis terhebat. Tema ini memiliki nuansa tersendiri disaat hiruk pikuk politik di penjuru tanah air tetapi masih ada lembaga yang mau menyelenggarakan survey mengenai olahraga bulutangkis.
Menentukan pebulutangkis Indonesia terhebat sepanjang sejarah tentulah tidak mudah. Apalagi kalau ukuran penentuannya dihitung dari prestasi yang pernah dibuat sang pemain. Jika ditinjau dari sisi masa jaya pemain maka kita akan sepakat bahwa Rudy Hartono yang paling hebat. Dasarnya adalah prestasi Rudy yang menjuarai All England sebanyak delapan kali dimana hal ini tercatat dalam Guinnes Book of Record. Rudy mulai dikenal dunia ketika menjuarai All England tahun 1968 dan menutup prestasi besarnya dengan menjadi Juara Dunia tahun 1980. Berarti Rudy menempatkan dirinya dijajaran atas bulutangkis dunia selama 12 tahun. Mengikuti prestasi Rudy dicatat pasangan ganda putra Tjun Tjun / Johan Wahyudi sebagai pemegang All England enam kali plus juara dunia satu kali. Namun prestasi Rudy, Tjun Tjun dan Johan Wahyudi terasa sedikit kurang karena saat itu tidak mendapat tantangan dari negara raksasa bulutangkis lainnya, China. Kondisi politik Internasional membuat China tidak tergabung dalam organisasi bulutangkis dunia, IBF (Sekarang BWF). Kekurangan lainnya adalah belum dipertandingkannya bulutangkis pada pesta akbar olahraga dunia Olimpiade yang membuat pemain hebat saat itu tidak dapat menunjukkan prestasi di ajang tersebut.
Juara Olimpiade dan juara dunia layak menjadi nominasi pemain terhebat. Dari ajang Olimpiade tercatat nama-nama seperti Alan Budi Kusuma, Susi Susanti, Ricky Subagja, Rexy Mainaky, Chandra Wijaya, Tony Gunawan, Taufik Hidayat, Markis Kido dan Hendra Setiawan. Dari nama-nama tersebut Susi Susanti dan Ricky / Rexy merupakan pemain yang meraih gelar paling banyak dan paling lengkap. Hampir semua turnamen bergengsi selain merekah rengkuh, mulai dari Olimpiade, All England, Jepang Open, Indonesia Open dan Grand Prix Final. Khusus buat Susi, gelarnya terasa kurang lengkap karena gagal meraih medali emas Asian Games. Di ajang kejuaraan dunia, selain nama-nama tersebut diatas layak dikedepankan nama Icuk Sugiarto. Icuk meraih juara dunia tahun 1983 pada saat prestasi bulutangkis Indonesia sedang terpuruk dan kalah pamor dari pendatang baru, China. Diluar nama tersebut masih ada Liem Swie King yang meraih tiga kali juara All England dan Hariyanto Arbi yang dua kali juara All England plus juara dunia.
Pertimbangan-pertimbangan prestasi tentu menjadi ukuran utama dalam memilih pemain terhebat. Tetapi ketika pertanyaan tersebut dilontarkan ke masyarakat umum maka jawabannya akan sangat bervariasi. Minimnya ulasan-ulasan mengenai bulutangkis di media-media besar baik cetak maupun televisi membuat jawaban dari masyarakat pun tertuju kepada sosok yang lebih dikenal. Pada survey yang dilakukan Litbang Media Group yang mengambil sampel di enam kota besar (Jakarta, Medan, Bandung, Yogyakarta, Makasar dan Surabaya) ternyata tertuju pada nama Taufik Hidayat. Pemain yang disebut-sebut sebagai pemain yang memiliki teknik bermain terbaik di dunia ini dipilih oleh 55 % responden. Berikut hasil survey yang dikutip dari program metro 10 mengenai 10 pemain terhebat :
1. Taufik Hidayat : dipilih 264 responden
2. Susi Susanti : 214
3. Rudy Hartono : 156
4. Alan Budi Kusuma : 78
5. Liem Swie King : 70
6. Icuk Sugiarto : 40
7. Ricky Subagya : 25
8. Christian Hadinata : 14
9. Sony Dwi Kuncoro : 14
10. Ivana Lie : 11
Dari survey tersebut tidak terlihat nama-nama pembuat sejarah seperti Tan Joe Hoek (Pemain pertama Juara All England), Ferry Sonneville bahkan Tjun Tjun / Johan Wahyudi tidak termasuk didalamnya. Seharusnya survey yang berhubungan dengan prestasi pebulutangkis sebaiknya memilih responden pada kalangan bulutangkis sendiri sehingga jajak pendapatnya lebih akurat. Tetapi bagaimanapun juga survey seperti ini bisa menjadi masukan buat banyak pihak akan minimnya publikasi pemain-pemain hebat negeri ini. Padahal dalam survey episode lainnya mengenai 10 peristiwa yang paling membanggakan bagi masyarakat Indonesia, ternyata yang menempati urutan pertama adalah kemenangan bulutangkis Indonesia di Olimpiade. Peristiwa tersebut mengalahkan peristiwa Proklamasi Kemerdekaan (urutan kedua), reformasi 1998 (urutan delapan) bahkan sumpah pemuda (urutan sepuluh).
Masyarakat melalui sampel yang dipilih ternyata memberikan apresiasi yang tinggi terhadap bulutangkis Indonesia. Sayangnya secara umum masyarakat kita kurang mengenal jagoan-jagoan bulutangkis masa lalu.     

Minggu, 03 Juli 2011

gajah mada

Biografi Gajah Mada

Gajah Mada ialah salah satu Patih, kemudian Mahapatih, Majapahit yang mengantarkan Majapahit ke puncak kejayaannya. Tidak diketahui sumber sejarah mengenai kapan dan di mana Gajah Mada lahir. Ia memulai karirnya di Majapahit sebagai bekel. Karena berhasil menyelamatkan Prabu Jayanagara (1309-1328) dan mengatasi Pemberontakan Ra Kuti, ia diangkat sebagai Patih Kahuripan pada 1319. Dua tahun kemudian ia diangkat sebagai Patih Kediri.


Pada tahun 1329, Patih Majapahit yakni Aryo Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Ia menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya. Patih Gajah Mada sendiri tak langsung menyetujui. Ia ingin membuat jasa dahulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang saat itu sedang melakukan pemberotakan terhadap Majapahit. Keta & Sadeng pun akhirnya takluk. Patih Gajah Mada kemudian diangkat secara resmi oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi sebagai patih di Majapahit (1334).

Sumpah Palapa

Pada waktu pengangkatannya ia mengucapkan Sumpah Palapa, yakni ia baru akan menikmati palapa atau rempah-rempah yang diartikan kenikmatan duniawi jika telah berhasil menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton berikut [1]: “ Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa ”

(Gajah Mada sang Maha Patih tak akan menikmati palapa, berkata Gajah Mada “Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa.)

Walaupun ada sejumlah (atau bahkan banyak) orang yang meragukan sumpahnya, Patih Gajah Mada memang hampir berhasil menaklukkan Nusantara. Bedahulu (Bali) dan Lombok (1343), Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang, Samudra Pasai, dan negeri-negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra) telah ditaklukkan. Lalu Pulau Bintan, Tumasik (Singapura), Semenanjung Malaya, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjunglingga), Kotawaringin, Sambas, Lawai, Kandangan, Landak, Samadang, Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Saludung, Solok, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.

Di zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yang menggantikan Tribhuwanatunggadewi, Patih Gajah Mada terus mengembangkan penaklukan ke wilayah timur seperti Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi, Seram, Hutankadali, Sasak, Bantayan, Luwuk, Makassar, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda), Ambon, Wanin, Seran, Timor, dan Dompo.

Perang Bubat

Dalam Kidung Sunda[2] diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula saat Prabu Hayam Wuruk hendak menikahi Dyah Pitaloka putri Sunda sebagai permaisuri. Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan pernikahan agung itu. Gajah Mada yang menginginkan Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka sebagai persembahan pengakuan kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda mengenai hal ini, terjadilah pertempuran tidak seimbang antara pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang saat itu menjadi tempat penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri setelah ayahanda dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat peristiwa itu, Patih Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya.

Dalam Nagarakretagama diceritakan hal yang sedikit berbeda. Dikatakan bahwa Hayam Wuruk sangat menghargai Gajah Mada sebagai Mahamantri Agung yang wira, bijaksana, serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh “Madakaripura” yang berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah Mada. Terdapat pendapat yang menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat kembali sebagai patih; hanya saja ia memerintah dari Madakaripura.

Akhir hidup

Disebutkan dalam Negarakretagama bahwa sekembalinya Hayam Wuruk dari upacara keagamaan di Simping, ia menjumpai bahwa Gajah Mada telah gering (sakit). Gajah Mada disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi.

Hayam Wuruk kemudian memilih enam Mahamantri Agung, untuk selanjutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala urusan negara